Kita menikmati kehangatan karena kita pernah kedinginan. Kita menghargai cahaya karen kita pernah dalam kegelapan. Maka begitu pula, kita dapat bergembira karena kita pernah merasakn kesedihan.
David L. Weatherford.
Tidak untuk sekedar menghargai yang kita rasakan bahkan untuk menikmati pun tidak. Buat kita inilah yang kita rasa bahagia, sedih, dan sakit dan juga perih inilah terutama yang kita rasa. Padahal, cobalah kita diam dan merenungi ini semua begitu bermakna tanpa harus ada cacian kepada Tuhan. Karna bagi Tuhan tak ada nasib baik dan buruk, karena Dia sang-Rahman yang senantiasa memberi Rahmat dan anugrah kepada kita dalam bentuk hikmah-hikmah yang selama ini kita rasakan yang menurut kita baik atau buruk dan kita tak pernah tahu yang kita pikir baik buat kita, buat Tuhan tidak, dan kita pikir itu buruk, belum tentu Tuhan, ya.
Bersyukur ketika kita sakit! Itulah kata-kata yang saya cerna ketika sedang membaca sebuah buku pada satu bab. Mungkin sulit dipercaya. Namun, sejenak tenang. Diam. Merenung apa yang kita rasa. Tapi, jangan terlarut karena karena kita hanya butuh waktu sejenak untuk meresapi apa yang ada dan tidak selamanya posisi kita seperti ini. Dalam ketenangan kita kita akan mendapati kita yang sebenarnya. Bahkan, mengetahui teman kita yang sebenarnya. Dan menemukan inti dari kesakitan kita yang sebenarnya.
Nikamatilah detik-detik yang berharga ini. Karena setiap waktu yang selalu kita lewati merupakan bagian hadiah terbesar kita dari Tuhan sebagai bukti kelanjutan nafas kita yang kita bisa nikmati dengan orang tercinta kita. Atau kita diam. Ada saat kita harus menerima kediaman kita pada saat tertentu. Tapi jangan melamun karena hanya membuat kita terjebak dalam masa lalu dan meratapi kesalahan dan ketidak sempurnaan kita. Karena memang tak ada yang sempurna, jadi untuk apa diratapi. Nikmatlah segalanya dengan hal-hal yang menyenangkan dan berguna. Useful & thankful. Sykurilah.
haha gw lagi bijak!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar